Nabi Saw melihat Sa'ad yang sedang berwudhu, lalu beliau berkata, "Pemborosan apa itu, hai Sa'ad?" Sa'ad bertanya, "Apakah dalam wudhu ada pemborosan?" Nabi menjawab, "Ya, meskipun kamu (berwudhu) di sungai yang mengalir." (HR. Ahmad)
Berusaha, Bukan Meminta

Suatu hari, di musim panas, Rasulullah SAW sedang di halaqah masjid bersama para sahabatnya, membahas seputar agama sampai pada persoalan umat yang dipimpinnya. Tiba-tiba datang kepadanya seprang peminta-minta. Menyikapi peristiwa ini Nabi Muhammad SAW lantas berkata kepada si peminta-minta, "Adakah kamu memiliki seuatu di rumahmu?"
Si pengemis menjawab, "Hamba tidak memiliki apa-apa wahai Rasulullah, kecuali sebuah periuk untuk menanak makanan dan sebuah selimut tua yang kami pakai terutama di musim dingin."
Nabi Muhammad SAW kembali bicara, "Cobalah bawa ke sini selimut yang kau miliki."
Si pengemis segera pamit, pulang, mengambil selimut yang dia punya. Taka lama, dia telah kembali, menghadap Nabi Muhammad SAW, dengan menyerahkan selimut belel yang dimiliki. Setelah nabi menerimanya, lantas beliau mengobralnya kepada para sahabat dengan berkata, "Siapa yang mau membeli selimut ini?"
Mendengar penawaran dari Nabi Muhammad SAW, satu dua sahabatnya mengangkat tangan sambil mengemukakan jumlah tawaran. Dalam pelelangan itu, tentu Nabi MUhammad SAW menunjuk orang yang memberi penawaran tertinggi. Setelah selimut laku, Nabi Muhammad SAW menyerahkan uang kepada pengemis, si empunya selimut, sambil berkata, "Pergilah engkau ke pasar, beli kapak dengan uang ini, sementara aku akan membantumu membuatkan pegangan kapak itu."
Si pengemis segera ke pasar untuk membeli kapak,sedangkan Nabi Muhammad SAW segerapulang untuk membuat pegangan kapak. Si pengemis lantas bersegera menemui Nabi Muhammad SAW dengan membawa kapak yang baru saja dibeli. Nabi lantas memasangkan pegangan kapak yang baru dibikinkannya, lalu berkata, "Pakailah kapak ini untuk mencari kayu bakar, yang darinya kamu dapat menjual untuk keperluan hidup kamu dan keluargamu. Jangan sekali-kali kamu menemuiku sampai waktu seminggu."
Si pengemis menerima kapak dari Nabi Muhammad SAW, lantas pamit pulang untuk melaksanakan wasiat dan nasihat Nabi. Seminggu kemudian si pengemis muncul lagi, menemui Nabi lagi, namun dengan mimik muka ceria berseri-seri. Dia bercerita kepada Nabi Muhammad SAW tentang nasibnya yang mulai berubah, membaik, tak lagi mengemis tetapi dapat mengais rizki sendiri, dengan hasil yang justru lebih membanggakan hati.

Sumber: Kisah dan Hikmah, Dhurorudin Mashad, Erlangga, 2002
KEJUJURAN SEORANG SAUDAGAR PERMATA
 
Pada suatu hari, seorang saudagar perhiasan di zaman Tabiin bernama Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga kedainya kerana ia akan keluar solat. Ketika itu datanglah seorang badwi yang hendak membeli perhiasan di kedai itu.

Maka terjadilah jual beli di antara badwi itu dan penjaga kedai yang diamanahkan tuannya tadi. Satu barang perhiasan permata yang hendak dibeli harganya empat ratus dirham. Saudara kepada Yunus menunjukkan suatu barang yang sebetulnya harganya dua ratus dirham. Barang tersebut dibeli oleh badwi tadi tanpa menawarnya. Di tengah jalan, dia bertemu dengan Yunus bin Ubaid. Yunus bin Ubaid lalu bertanya kepada si badwi yang membawa barang perhiasan yang dibeli dari kedainya tadi.

Sepertinya dia mengenali barang tersebut adalah dari kedainya. Saudagar Yunus bertanya kepada badwi itu, "Berapakah harga barang ini kamu beli?" Badwi itu menjawab, "Empat ratus dirham." "Tetapi harga sebenarnya cuma dua ratus dirham saja. Mari ke kedai saya supaya saya dapat kembalikan uang selebihnya kepada saudara." Kata saudagar Yunus lagi. "Biarlah, ia tidak perlu. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yang empat ratus dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah lima ratus dirham." Tetapi saudagar Yunus itu tidak mahu melepaskan badwi itu pergi.

Didesaknya juga agar badwi tersebut balik ke kedainya dan dikembalikan sisa uang badwi yang dua ratus dirham itu. Setelah badwi itu pergi, berkatalah saudagar Yunus kepada saudaranya, "Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan dua kali lipat?" Marah saudagar Yunus lagi. "Tetapi dia sendiri yang mahu membelinya dengan harga empat ratus dirham." Saudaranya cuba mempertahankan diri bahwa dia di pihak yang benar. Kata saudagar Yunus lagi, "Ya, tetapi di atas belakang kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan terhadap diri kita sendiri."

Jika kisah ini dapat dijadikan tauladan bagi pedagang-pedagang kita yang beriman, amatlah tepat. Kerana ini menunjukkan pribadi seorang pedagang yang jujur dan amanah di jalan mencari rezeki yang halal. Jika semuanya berjalan dengan aman dan tenteram kerana tidak ada penipuan dalam perniagaan. Dalam hal ini Rasulullah S.A.W bersabda, "Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas dan memberi rezeki dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran menzalimi di jiwa atau diharga." (Diriwayat lima imam kecuali imam Nasa'i)