Suatu hari, di musim panas, Rasulullah SAW sedang di halaqah masjid bersama para sahabatnya, membahas seputar agama sampai pada persoalan umat yang dipimpinnya. Tiba-tiba datang kepadanya seprang peminta-minta. Menyikapi peristiwa ini Nabi Muhammad SAW lantas berkata kepada si peminta-minta, "Adakah kamu memiliki seuatu di rumahmu?"
Si pengemis menjawab, "Hamba tidak memiliki apa-apa wahai Rasulullah, kecuali sebuah periuk untuk menanak makanan dan sebuah selimut tua yang kami pakai terutama di musim dingin."
Nabi Muhammad SAW kembali bicara, "Cobalah bawa ke sini selimut yang kau miliki."
Si pengemis segera pamit, pulang, mengambil selimut yang dia punya. Taka lama, dia telah kembali, menghadap Nabi Muhammad SAW, dengan menyerahkan selimut belel yang dimiliki. Setelah nabi menerimanya, lantas beliau mengobralnya kepada para sahabat dengan berkata, "Siapa yang mau membeli selimut ini?"
Mendengar penawaran dari Nabi Muhammad SAW, satu dua sahabatnya mengangkat tangan sambil mengemukakan jumlah tawaran. Dalam pelelangan itu, tentu Nabi MUhammad SAW menunjuk orang yang memberi penawaran tertinggi. Setelah selimut laku, Nabi Muhammad SAW menyerahkan uang kepada pengemis, si empunya selimut, sambil berkata, "Pergilah engkau ke pasar, beli kapak dengan uang ini, sementara aku akan membantumu membuatkan pegangan kapak itu."
Si pengemis segera ke pasar untuk membeli kapak,sedangkan Nabi Muhammad SAW segerapulang untuk membuat pegangan kapak. Si pengemis lantas bersegera menemui Nabi Muhammad SAW dengan membawa kapak yang baru saja dibeli. Nabi lantas memasangkan pegangan kapak yang baru dibikinkannya, lalu berkata, "Pakailah kapak ini untuk mencari kayu bakar, yang darinya kamu dapat menjual untuk keperluan hidup kamu dan keluargamu. Jangan sekali-kali kamu menemuiku sampai waktu seminggu."
Si pengemis menerima kapak dari Nabi Muhammad SAW, lantas pamit pulang untuk melaksanakan wasiat dan nasihat Nabi. Seminggu kemudian si pengemis muncul lagi, menemui Nabi lagi, namun dengan mimik muka ceria berseri-seri. Dia bercerita kepada Nabi Muhammad SAW tentang nasibnya yang mulai berubah, membaik, tak lagi mengemis tetapi dapat mengais rizki sendiri, dengan hasil yang justru lebih membanggakan hati.
Sumber: Kisah dan Hikmah, Dhurorudin Mashad, Erlangga, 2002